Saturday, February 14, 2015

Bima 8B: Mentari School Jakarta Pekan Budaya 2014- 2015

                       Tarian Pak Ketipang Ketipung mengajak guru dan penonton untuk dansa barang.

             Budaya adalah kumpulan seni, ilmu, konsep, kepercayaan, nilai-nilai, dan hal lain yang bersifat secara kompleks, abstrak dan luas. Budaya itulah yang memperbolehkan orang-orang untuk berkomunikasi dengan sesama lain. Budaya memberikan Indonesia keunikannya, walaupun sudah terbentuk indah secara alami. Indonesia memiliki banyak budaya dari suku- suku yang menduduki negaranya. Contoh budaya Indonesia adalah yang dimiliki oleh suku Melayu yang terkenal dengan cerita dongeng: “Si Lancang”, “Putri Pandan”, “Bawang Putih Bawang Merah” dan lain- lain. Budaya Melayu juga memiliki beberapa tarian dan lagu unik seperti: “Tanjung Katung”, “Pak Ketipang Ketipung”, “Lagu Injit-Injit Semut” dan lain-lain.
 Dalam masa ini, budaya-budaya terbaru tercipta oleh negara lain dan berpengaruh kepada generasi muda, dengan akibat budaya-budaya kakek dan nenek moyang dilupakan. Oleh karena itu, budaya asli Indonesia harus dihormati dan dilindungi oleh masyarakat dengan mengajarkan budayanya kepada generasi berikut, seperti acara yang dilaksanakan oleh “Mentari School Jakarta”.
Pada tanggal 28 sampai 29 Januari 2015, adalah acara yang menunjuk apresiasi kepada budaya Indonesia kesayangan kami, yaitu Pekan Budaya. Acara ini menunjuk sisi Indonesia mereka dengan melakukan drama dongeng, tarian musik, dan lain-lain. Setiap tahun, sekolah Mentari School Jakarta mengadakan pekan budaya di ruang paling luas dan terbesar di sekolah, yaitu ruang olahraga. Karena itu , kelas PE (Physical Education) tidak dilaksanankan di ruang olahraga, beberapa kelas telah dipakai untuk "general rehearsal" dan hal-hal lain di jadwal murid diubah dalam minggu pekan budaya. Walaupun ruang olahraga cukup besar, murid-murid harus bersempitan saat duduk di karpet. Sebaiknya pekan budaya dilaksanakan di tempat yang lebih luas dan besar yang bisa menempati semua penonton tanpa harus bersempitan.
Murid-murid 8B melakukan "general rehearsal".
            Tema pekan budaya untuk tahun ini adalah “Melayuku Indonesiaku”. Semua pentasan dan dekorasi dalam pekan budaya berasal atau diinspirasi oleh budaya Melayu sendiri. Temanya untuk tahun ini cukup menarik dan menyenangkan, karena beberapa dari dramanya mengenalkan dongeng yang tidak dikenali oleh generasi ini dan tarian-tarian berasal dari Melayu, seperti cerita drama Si Lancang yang bercerita tentang anak kampung bernama Lancang yang ingin merantau keluar negeri supaya ia tidak lagi dingatain orang miskin, tetapi setelah merantau, Lancang menjadi sebagai orang sombong yang tidak menerima ibunya. Akhirnya ibunya mengutuk ia untuk tenggelam di kapalnya dan itulah yang terjadi. Itulah hanya ceritanya, dramanya sendiri dilakukan dengan cara yang lucu, melakukan secara komedi dan dengan akting yang sangat hebat oleh kelas 8B. Murid yang bermain peran sebagai si Lancang, bernama Arief, melakukan akting dari orang yang miskin, tidak punya teman, menjadi orang kaya dengan hati yang sombong dengan baik. Dari semuanya, aktor yang bernama John Peterson (JP), melakukan peran sebagai  kambing kesayangan Si Lancang dengan cara yang lucu. Beberapa hal dari drama si Lancang sebenarnya bisa diperbaiki, seperti menggerak mulut sesuai dengan rekaman suara.  Dari semua drama, yang diadakan pada hari ke-2, drama si Lancang yang terbaik , paling lucu dan dilakukan dengan akting yang hebat sekali.
Lancang bersama kapten, kambing, istri-istri, dan pengawal.

Tema pekan budaya di panggung depan.

            Pekan budaya yang menghargai budaya Melayu tidak akan istimewa, tanpa bantuan oleh kelas 10, guru-guru bahasa yang membantu dengan mengatur peran, prop dan informasi kostum, penerang, rekaman suara untuk peran dan tarian dan beberapa hal lain yang tidak dapat disebut. Mereka telah mengusahakan untuk membuat pekan budaya tahun ini sebagus mungkin, apalagi dengan prop yang cukup mengesankan dan rekaman suara yang cukup terdengar untuk seluruh penonton. Walaupun usaha mereka sudah sangat baik, ada beberapa hal yang seharusnya bisa diperbaiki seperti menyalakan lampu penerang dengan waktu yang tepat, memberitahu informasi kostum yang sesuai untuk setiap peran (contoh dari kesalahan mereka adalah peran menjadi kambing memakai kostum dengan tanduk) dan mungkin beberapa yang lain. Dari keseluruhannya, kesalahan mereka hanya hal-hal yang kecil, dan semuanya dilakukan dengan baik dan lancar.
 Kelas 10 juga memilih dua murid sebagai MC.

            Setelah kerja dan usaha keras murid, penonton bisa diperbolehkan untuk mencicipi “buffet” di belakang mereka. Sayangnya, banyak orang tidak dapat mencicipi makanan yang disediakan di belakang karena antriannya panjang tempatnya terlalu padat dan bisa membuang waktu yang kurang lebih besar. Sebaiknya tempat makanan “buffet” tidak disediakan di ruang olahraga, karena ruangannya sudah terisi dengan kursi, panggung dan yang lain-lain. Lebih baik jika tempat makanan bisa disediakan di fasilitas Mentari yang luas, seperti ‘Student Center’nya yang terbiasa dipakaikan untuk pengumuman dari guru. Keuntungan murid-murid yang telah selesai dari pentasan adalah mereka disediakan dengan makan siang mereka yang termasuk daging sapi, nasi, telur dan sambal. Porsi makanan mereka terlalu kurang dan sebaiknya disediakan dengan sayur untuk gizi dan kerupuk untuk mengasih garing kepada makanannya.
            Pekan budaya adalah usaha dari guru-guru, murid-murid dan bantuan dari Tuhan yang Maha Esa. Acaranya dilakukan dengan sangat baik, bahagia dan dedikasinya untuk menghemati budaya-budaya Indonesia dengan melakukan drama dongeng dan tarian lagu budaya Melayu. Walaupun ada beberapa hal yang membuat acaranya tidak menyamankan, manusia tidak sempurna dan murid-murid melakukannya dengan susah payah seperti dewasa bekerja. Pekan budaya terutama bukan untuk sebagai penghiburan penonton, tetapi juga mengajarkan semua, melalui budaya Melayu, bahwa budaya Indonesia masih bisa bertahan dalam jaman teknologi dan budaya-budaya baru ini. Sebagai masyarakat, kami juga harus menghormati dan menghemati budaya kami sendiri.