Tarian Pak Ketipang Ketipung mengajak guru dan penonton untuk dansa barang.
Dalam masa ini, budaya-budaya terbaru tercipta
oleh negara lain dan berpengaruh kepada generasi muda, dengan akibat
budaya-budaya kakek dan nenek moyang dilupakan. Oleh karena itu, budaya asli
Indonesia harus dihormati dan dilindungi oleh masyarakat dengan mengajarkan budayanya
kepada generasi berikut, seperti acara yang dilaksanakan oleh “Mentari School
Jakarta”.
Pada tanggal 28 sampai 29
Januari 2015, adalah acara yang menunjuk apresiasi kepada budaya Indonesia
kesayangan kami, yaitu Pekan Budaya. Acara ini menunjuk sisi Indonesia mereka
dengan melakukan drama dongeng, tarian musik, dan lain-lain. Setiap tahun, sekolah
Mentari School Jakarta mengadakan pekan budaya di ruang paling luas dan
terbesar di sekolah, yaitu ruang olahraga. Karena itu , kelas PE (Physical
Education) tidak dilaksanankan di ruang olahraga, beberapa kelas telah dipakai
untuk "general rehearsal" dan hal-hal lain di jadwal murid diubah dalam minggu
pekan budaya. Walaupun ruang olahraga cukup besar, murid-murid harus
bersempitan saat duduk di karpet. Sebaiknya pekan budaya dilaksanakan di tempat
yang lebih luas dan besar yang bisa menempati semua penonton tanpa harus
bersempitan.
Murid-murid 8B melakukan "general rehearsal".
Tema
pekan budaya untuk tahun ini adalah “Melayuku Indonesiaku”. Semua pentasan dan
dekorasi dalam pekan budaya berasal atau diinspirasi oleh budaya Melayu
sendiri. Temanya untuk tahun ini cukup menarik dan menyenangkan, karena
beberapa dari dramanya mengenalkan dongeng yang tidak dikenali oleh generasi
ini dan tarian-tarian berasal dari Melayu, seperti cerita drama Si Lancang yang
bercerita tentang anak kampung bernama Lancang yang ingin merantau keluar
negeri supaya ia tidak lagi dingatain orang miskin, tetapi setelah merantau,
Lancang menjadi sebagai orang sombong yang tidak menerima ibunya. Akhirnya
ibunya mengutuk ia untuk tenggelam di kapalnya dan itulah yang terjadi. Itulah
hanya ceritanya, dramanya sendiri dilakukan dengan cara yang lucu, melakukan
secara komedi dan dengan akting yang sangat hebat oleh kelas 8B. Murid yang
bermain peran sebagai si Lancang, bernama Arief, melakukan akting dari orang
yang miskin, tidak punya teman, menjadi orang kaya dengan hati yang sombong
dengan baik. Dari semuanya, aktor yang bernama John Peterson (JP), melakukan
peran sebagai kambing kesayangan Si
Lancang dengan cara yang lucu. Beberapa hal dari drama si Lancang sebenarnya
bisa diperbaiki, seperti menggerak mulut sesuai dengan rekaman suara. Dari semua drama, yang diadakan pada hari
ke-2, drama si Lancang yang terbaik , paling lucu dan dilakukan dengan akting
yang hebat sekali.
Lancang bersama kapten, kambing, istri-istri, dan pengawal.
Tema pekan budaya di panggung depan.
Pekan
budaya yang menghargai budaya Melayu tidak akan istimewa, tanpa bantuan oleh
kelas 10, guru-guru bahasa yang membantu dengan mengatur peran, prop dan
informasi kostum, penerang, rekaman suara untuk peran dan tarian dan beberapa
hal lain yang tidak dapat disebut. Mereka telah mengusahakan untuk membuat pekan
budaya tahun ini sebagus mungkin, apalagi dengan prop yang cukup mengesankan
dan rekaman suara yang cukup terdengar untuk seluruh penonton. Walaupun usaha
mereka sudah sangat baik, ada beberapa hal yang seharusnya bisa diperbaiki
seperti menyalakan lampu penerang dengan waktu yang tepat, memberitahu
informasi kostum yang sesuai untuk setiap peran (contoh dari kesalahan mereka
adalah peran menjadi kambing memakai kostum dengan tanduk) dan mungkin beberapa
yang lain. Dari keseluruhannya, kesalahan mereka hanya hal-hal yang kecil, dan
semuanya dilakukan dengan baik dan lancar.
Kelas 10 juga memilih dua murid sebagai MC.
Pekan
budaya adalah usaha dari guru-guru, murid-murid dan bantuan dari Tuhan yang
Maha Esa. Acaranya dilakukan dengan sangat baik, bahagia dan dedikasinya untuk
menghemati budaya-budaya Indonesia dengan melakukan drama dongeng dan tarian
lagu budaya Melayu. Walaupun ada beberapa hal yang membuat acaranya tidak menyamankan,
manusia tidak sempurna dan murid-murid melakukannya dengan susah payah seperti
dewasa bekerja. Pekan budaya terutama bukan untuk sebagai penghiburan penonton,
tetapi juga mengajarkan semua, melalui budaya Melayu, bahwa budaya Indonesia
masih bisa bertahan dalam jaman teknologi dan budaya-budaya baru ini. Sebagai
masyarakat, kami juga harus menghormati dan menghemati budaya kami sendiri.
This comment has been removed by the author.
ReplyDeleteHalo Bima,
ReplyDeleteIbu wening sudah membaca keseluruhan dari artikel yang kamu telah buat. Hasilnya memuaskan dan kamu sudah dapat memberikan laporan yang ringkas,padat dan berisi. Maka dari itu, kamu berhak mendapatkan nilai
Kriteria B (Pengorganisasian kalimat): 7
Kriteria C (Produk tulisan) : 7
Kriteria D (Penggunaan tata bahasa): 7
Salam
Ibu Wening T.W.